Benarkah Game Buruk Untuk Kesehatan
Benarkah Game Buruk Untuk Kesehatan - Tak jarang menimpa anak, yg bermaini jenis game yg mempunyai
konten kekerasan, seperti perang-perangan, martial art, dsb... menyebabkan terkikisnya
empati si anak terhadap orang lain.
Hal tersebut tentu sungguh tak baik. Tak sedikit anak-anak yg meniru tokoh
pahlawan dalam permainan gamenya, sehingga melakukan kekerasan terhadap
teman-temannya.
Hal tersebut sebab anak mengalami obsesi negatip, yakni perasaannya yg tertekan saat tak bermain game, sehingga anak terus berpikir mengenai game & berharap bermain buat waktu yg cukup lama.
#11. Mengabaikan kebutuhan lain.
Contohnya terganggunya belajar anak, makan, mandi, tidur, & anak lebih suka bermain game sendiri di depan komputer dibandungkan bergaul dengan saudara atau teman di lingkungan sekitarnya.
Seharian bermain game membuat anak terisolasi dengan cara sosial. Anak lebih banyak memakai waktunya buat bermain game, dari di kegiatan penting seperti mengerjakan PR, olahraga, belajar, membaca buku berkhasiat, olahraga, & berinteraksi bersama keluarga & teman-teman.
#12. Mendorong ketakjujuran
Tentang waktu & uang yg telah mereka habiskan buat bermain game, saat ditanya mengenai aktivitasya & uang yg dipakainya, mereka bakal melakukan kebohongan buat melindungi kesenangan bermain gamenya.
#13. Anak tak bisa mengendalikan diri
Pecandu game yg telah parah, yg beramin dapat sepanjang malam. Sehingga tak terdapat aktivitas lainnya yg semestinya dilakukannya, perkara tersebut bakal menghambat kemampuan anak dalam mengatur waktunya sendiri dengan baik.
#14. Mempengaruhi otak
Perubahan struktur otak dampak kecanduan game dapatdiketahui dengan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonansi Imaging). Pecandu game mengalami peningkatan metabolisme glukosa dalam gyrus orbitoprontal kanan tengah, nukleus caudatus kiri, & insula kanan dari otak.
Kesenangannya membuat anak “terlalu” lama bermain game, yg akhirnya berakibat di perubahan struktur dendrit sel-sel di otak, yg mengakibatkan anak mengalami problem dalam mengontrol perilaku sehari-harinya.
Pada penelitian yg diterbitkan di Psychology op Popular Media Culture di thn 2012, penelitian ini menemukan bahwa bermain game (terlalu lama) bisa menyakiti problem konsentrasi...
...memang bermain game menaikan kemampuan anak buat berkonsentrasi dalam jangka pendek, namun merusak konsentrasi dalam jangka panjang .
Hal tersebut sebab anak mengalami obsesi negatip, yakni perasaannya yg tertekan saat tak bermain game, sehingga anak terus berpikir mengenai game & berharap bermain buat waktu yg cukup lama.
#11. Mengabaikan kebutuhan lain.
Contohnya terganggunya belajar anak, makan, mandi, tidur, & anak lebih suka bermain game sendiri di depan komputer dibandungkan bergaul dengan saudara atau teman di lingkungan sekitarnya.
Seharian bermain game membuat anak terisolasi dengan cara sosial. Anak lebih banyak memakai waktunya buat bermain game, dari di kegiatan penting seperti mengerjakan PR, olahraga, belajar, membaca buku berkhasiat, olahraga, & berinteraksi bersama keluarga & teman-teman.
#12. Mendorong ketakjujuran
Tentang waktu & uang yg telah mereka habiskan buat bermain game, saat ditanya mengenai aktivitasya & uang yg dipakainya, mereka bakal melakukan kebohongan buat melindungi kesenangan bermain gamenya.
#13. Anak tak bisa mengendalikan diri
Pecandu game yg telah parah, yg beramin dapat sepanjang malam. Sehingga tak terdapat aktivitas lainnya yg semestinya dilakukannya, perkara tersebut bakal menghambat kemampuan anak dalam mengatur waktunya sendiri dengan baik.
#14. Mempengaruhi otak
Perubahan struktur otak dampak kecanduan game dapatdiketahui dengan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonansi Imaging). Pecandu game mengalami peningkatan metabolisme glukosa dalam gyrus orbitoprontal kanan tengah, nukleus caudatus kiri, & insula kanan dari otak.
Kesenangannya membuat anak “terlalu” lama bermain game, yg akhirnya berakibat di perubahan struktur dendrit sel-sel di otak, yg mengakibatkan anak mengalami problem dalam mengontrol perilaku sehari-harinya.
Pada penelitian yg diterbitkan di Psychology op Popular Media Culture di thn 2012, penelitian ini menemukan bahwa bermain game (terlalu lama) bisa menyakiti problem konsentrasi...
...memang bermain game menaikan kemampuan anak buat berkonsentrasi dalam jangka pendek, namun merusak konsentrasi dalam jangka panjang .
Data dari penelitian di Amerika
serikat menyatakan 1 dari 10 gamer mengalami gangguan kehidupan sosial, prestasi
belajar, sekolah & problem di pekerjaan untuk orang dewasa.
Meskipun sekarang banyaki game ataupun aplikasi yg dikembangkan khusus buat anak-anak, namun penggunaan yg berlebihan tetap saja berakibat patal untuk anak-anak.
Beberapa akibat negatip & bahaya bermain game video game untuk anak, mencangkup game online, game komputer / laptop, tablet, sampai Hand Phone.
Cara mengobati kecanduan bermain game (online, dll) untuk anak & pelajar
- Penting membatasi waktu bermain game online ataupun
lainnya, maksimal hanya 2 jam sehari (kalau dapat batasi hanya 1 jam dalam
sehari). perkara tersebut buat mencegah anak kecanduan.
- Pastikan anak sebelum bermain game, semua tugas
sekolahnya telah diselesaikan, sebab sesudah bermain game, umumnya anak
bakal kelelahan pikirannya.
- Buat sebuah peraturan bersama anak, bahwa bila berharap
bermain game maka sebelumnya perlu melakukan aktivitas belajar &
kegiatan sosialisasi dengan teman-temannya.
- Ekspose anak ke aktipitas lain. Orang tua dapat
mengarahkan anak buat bergabung ke dalam suatu kegiatan positip, utamanya
yg berkaitan dengan khasiat dengan cara pisik & kemampuan sosialisasi.
- Awasi aktivitas anak saat bermain game, pastikan supaya tidak boleh hingga meniru hal-hal
buruk yg mungkin ada di game yg dimainkannya.
- Pilih jenis permainan yg edukatip, yg pun sesuai dengan
umur anak.
- Jauhi meletakkan perangkat bermain video game di kamar
anak, hendaknya diletakkan di ruang keluarga, sehingga orang tua tetap
dapat mengawasi.
- Bila isi game menyimpang, pahamkan anak bahwa kehidupan
nyata tak seperti yg digambarkan dalam permainan game ini (yang
dimainkannya).
- Ajak anak tamasya seperti ke pantai atau keluar kota,
dimana anak nantinya menikmati alam bersama keluarga.
- Ajak anak melakukan kegiatan olahraga, perkara tersebut membantu anak buat melupakan game
online. kita dapat mengajak anak pergi ke taman buat bermain sepak bola,
basket, bulu tangkis, baseball, dll.
- Doronglah anak buat ikut kegiatan ekstrakurikuler
sekolah, umumnya terdapat banyak jenis estrakurikuler sekolah, dorong anak
supaya menyukai salah satunya, perkara tersebut membuat anak terlatih buat
bersosialisasi dan melatih pisiknya.
- Ajak meraka buat ikut mengaji di masjid, seperti belajar membaca Al-Quran, melakukan sholat
& mendengarkan ceramah. perkara tersebut sungguh penting buat anak,
selain buat pisik & mentalnya, juga menambah keimanan mereka kepada
Allah, sehingga kelak tumbuh jadi orang yg baik.
- Dorong & dukung anak bila dirinya mulai berharap
berhenti bermain game online, pastikan orang tua dekat dengan anaknya,
sehingga anak bisa terbuka dalam mengungkapkan problem-problemnya.
- Dorong anak sampai akhirnya mau berbaurlah dengan orang
lain, perkara tersebut sebab berinteraksi dengan orang lain sungguhlah
penting, tugas orang tua ialah mencarikan teman-teman yg baik untuk
anak.
- Orang tua perlu dengan cara bertahap menjauhkan
perangkat game & aplikasi game dari jangkauan anak-anak. Bila bisa,
sembunyikan perangkat game. Namun ingat, tindakan tersebut perlu dilakukan
dengan cara bertahap, supaya anak tak kaget dengan perkara ini, sehingga
lama kelamaan anak bakal terbiasa, mungkin proses tersebut memerlukan
waktu sampai berbulan-bulan.
- Bila memang orang tua tak dapat menyembunyikan
perangkat game dari anak-anak, maka setaknya letakan perangkat game
(komputer, lapop, tablet, dll) di ruang terbuka, seperti di ruang
keluarga. Sehingga orang tua dapat mengawasi anak dalam bermain
game.
- Tak perlu langsung melarang anak total berhenti main
video game, dapat saja anak jika dilarang total main game di rumah, maka
bakal lari ke warnet, sehingga menghentikan kebiasaan anak main game
dengan cara perlahan.
- Jauhi bersikap otoriter, tidak boleh merebut paksa
perangkat game yg sedang dimainkan anak, kalau masih dapat melakukan
dialog dengan cara lembut, sampai anak mengerti. Tindakan otoriter hanya
menghentikan sementara, namun di lain waktu membuat anak “lebih berani”,
& balik memusuhi orang tuanya.
- Orang tua pun dapat mengajak anak bicara baik-baik,
supaya nantinya dapat terbuat perjanjian bahwa mereka hanya dapat bermain
game di waktu libur saja.
- Coba mengalihkan perhatian anak dengan beragam
kegiatan, supaya hari-hari anak padat dengan akivitas yg berkhasiat, di
lain waktu kita dapat mengajak anak berjalan-jalan buat merepresh
pikirannya.
- Pilih game yg sesuai dengan umur anak, yg mendidik
anak, merangsang daya nalarnya, pengetahuan, menghibur, membangun
imajinasi & kreatipitas anak. Penting mengjauhi game dengan unsur
kekerasan, seperti adegan berkelahi, membunuh, memukul, darah berceceran,
dll.
- Jika memang bakal membelikan game buat anak, pastikan
tak membelikan games yg berlogo M atau A, sebab itu ialah logo yg
menandakan game ini hanya dapat dimainkan oleh orang dewasa, atau 18 thn
keatas. Pilih yg berlogo contoh eC =Early Childhood, atau E=everyone,
- Pastika kedua orangtua telah cukup memberikan waktu
& perhatian buat sang anak, perkara tersebut supaya mencegah anak
asyik dengan aktivitas yg menyimpang.
- Tidak boleh lupa! Dari temannya, kadang-kadang anak
saling mengkopi games, orang tua perlu mengontrol game yg dimainkan anak.
Benarkah Game Buruk Untuk Kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar